Jumat, 04 Februari 2011

Profil SMUR - Solidaritas Mahasiswa Untuk Rakyat

Dari sejarah panjang pertikaian ekonomi dan politik di Aceh semenjak dideklarasikannya gerakan kemerdekaan Aceh oleh Tgk. Hasan Ditiro pada tahun 1976 telah menyebabkan Aceh berada dibawah agresi militer Indonesia. Penerapan Operasi militer dibelahan utara dan Timur Aceh menyebabkan rakyat berada dalam tekanan dan penderitaan yang tak berkesudahan. Upaya operasi militer dalam membungkam gerakan GAM dimulai dari penerapan Operasi siwah, operasi jaring merah yang dikenal dengan DOM berjalan secara sistematis dan terorganisir. Sehingga berbagai pelanggaran yang terjadi dibelahan Aceh tersebut sama sekali tidak diketahui oleh masyarakat luas di Aceh. Semua tragedy yang terjadi secara terstruktur mampu diisolasi dari perhatian dan pengetahuan public dunia. Semua operasi berjalan dengan rapi dan mulus pada decade 1989 s/d 1998.
            Sejalan dengan perkembangan ekonomi dunia yang sedang mengalami resesi pada tahun 1997 telah berdampak buruk pada stabilitas ekonomi Indonesia. Sehingga tak terelakkan pada tahun 1998 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang begitu parah. Rakyat Indonesia bergerak menuntut kesejahteraan, kekuasaan politik status qoa mulai goyah hingga kemudian politik Suharto yang didukung oleh kekuatan bersenjata harus lengser dari kursi kekuasaan Indonesia.
            Seiring dengan goyahnya struktur politik dan ekonomi Indonesia maka mulailah kebohongan dan kezhaliman yang dilakukan pada masa DOM muncul kepermukaan. Seluruh rakyat Aceh mulai mengakses berbagai informasi dan dukumentasi-dukumentasi kekejian pada masa DOM. Mulai saat itu kesadaran rakyat Aceh memandang bahwa akar dari masalah yang dirasakan oleh rakyat disebabkan oleh keberadaan militer di Aceh, sehingga mulailah rakyat menyuarakan bahwa militer harus dicabut dari Aceh. Suara yang sama juga terjadi dikampus, kelompok-kelompok diskusi dikampus mulai membicarakan issue militerisme dan HAM. Mahasiswa mulai merencanakan untuk melakukan protes menolak keberadaan militer di Aceh. Berangkat dari pikiran itulah kemudian beberapa kelompok diskusi yang berada didiberapa kampus di Aceh seperti Unsyiah, IAIN, Abulyatama untuk membentuk sebuah struktur organisasi revolusioner dalam mengusung issue militerisme. Sehingga dalam hitungan hari pada tanggal 18 maret 1999 kelompok-kelompok diskusi kritis tersebut menggabungkan diri dalam satu organisasi yang bernama Solidaritas Mahasiswa untuk Rakyat (SMUR). Momentum kelahiran organisasi SMUR dalam perpolitikan Aceh dan Nasional dikenal dengan tragedi aksi 18 maret Pante Perak, aksi berdarah yang diikuti oleh puluhan ribu mahasiswa dalam mengusung isue militerisme mendapat pukulan dari pihak kepolisian, sehingga bentrokan massa tak bisa terelakkan. Semenjak itu aksi-aksi turun kejalan mulai dilakukan, dari issue nasional hingga pada issue local Aceh. Sehingga pada saat pengusungan issue pencabutan DOM di Aceh, gerakan yang dilakukan oleh SMUR tidak hanya di Aceh melalui kampanye dan aksi-aksi massa, namun pada tahun 1998 SMUR mengirimkan beberapa anggota organisasi ke Jakarta untuk melakukan mogok makan  untuk menuntut agar DOM dicabut dari Aceh.
            Polarisasi politik terus meluas di Aceh, berbagai organisasi mahasiswa mulai menjamur, sehingga selain SMUR masih banyak organisasi mahasiswa yang lain lahir, seperti  KARMA, FERMEDIA, WAKAMPAS dan lain-lain. Mahasiswa mengambil peran yang besar bersama rakyat  dalam menuntut keadilan untuk mengusut tuntas kasus kemanusian di Aceh. Aksi-aksi massa terus dilakukan oleh SMUR bersama mahasiswa lainnya dikampus-kampus dan dijalan-jalan. Keterlibatan rakyatpun kian membesar, sehingga kepemimpinan politik mulai dilakukan dengan juga melakukan pendampingan-pendampingan pengungsian dari setiap daerah. SMUR selalu coba berada ditengah-tengah rakyat di camp-camp pengungsian, penguatan-penguatan  pendidikan politik mulai dilakukan dirakyat. Sehingga secara nyata banyak momentum politik yang dilakukan rakyat Aceh dalam memperjuangkan asfirasinya bersama mahasiswa. Gerakan rakyat yang terbesar dalam dekade 1999 s/d 2001 bisa dilihat dari protes mogok massal dan pawai reperendum di Mesjid Raya yang dikenal dengan SIRA-Rakan.
            Ditengah refresifitas TNI/POLRI dan kekuatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Aceh, SMUR terus bertahan untuk melakukan perjuangan demokrasi untuk keadilan rakyat, sehingga SMUR sebagai gerakan massa brerbasiskan mahasiswa berada dalam posisi diujung moncong senjata. Operasi demi operasi terus dilakukan oleh pemerintah Indonesia, momentum politikpun terus bergulir di Aceh. SMUR tetap bertahan untuk terus menyuarakan politik. Mulai dari issue-isue territorial Aceh hingga pada pembelaan hak-hak mahasiswa dikampus. SMUR selalu mendapat tekanan, mulai dari TNI/Polri hingga pada birokrasi kampus melalui MENWA. 
            Dengan regenerasi dan kaderisasi yang terus terorganisir, SMUR terus bertahan dan konsisten dalam mengusung issue-isue populis kesejahteraan rakyat dan demokrasi di Aceh. Walaupun terkadang secara politik tenggelam, organisasi tertutup, seperti pada saat digelarkannya operasi militer di Aceh oleh pemerintah Indonesia. Namun secara organisasi SMUR terus melakukan pengorganisiran untuk tetap menjadi pelopor digarda terdepan dalam perjuangan pembebasan rakyat dari ketertindasannya.


Smur akan selalu komitmen untuk memperjuangkan rakyat tertindas dengan mengusung program perjuangannya Sbb:

  1. Nasionalisasi sumberdaya alam dan industri
  2. pendidikan gratis dan berkualitas
  3. kesehatan gratis dan berkualitas untuk seluruh rakyat
  4. penghapusan hutang luar negri
  5. membuka laoangan kerja dengan industrialisai nasional
  6. pemerintahan bersih dan demokratis
  7. upah minimum sesuai ( kebutuhan hidup layak )  KHL
  8. penuntasan kasus pelanggarn HAM

Tanpa dukungan dari setiap elemen baik itu mahasiswa, buruh, tani, kaum miskin kota, serta seluruh lapisan rakyat. Program ini hanya akan  menjadi mimpi – mimpi yang tak kunjung nyata.
Untuk itu mari sama – sama kita turut mendukungnya  serta bergabunga dalam Organisasi SMUR untuk membebaskan rakyat tertindas.

Belenggu hanya akan bisa kita bebaskan apabila kita bersatu..
Mari satukan kekuatan, rapatkan barisan, kita hancurkan segala bentuk penindasan..

2 komentar: